Selasa, 22 Juli 2008

KONVENSI NASIONAL MUTU RUMAH SAKIT VI

KONVENSI NASIONAL MUTU RUMAH SAKIT VI

Bandung, 14 – 15 November 2006

GKM “PERMATA HATI” DAN PSBH “SIMPATIK” RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Oleh : Darmini

Kegiatan peningkatan mutu dilaksanakan dengan berbagai pendekatan mutu diantaranya dengan mengembangkan Tim/Panitia Mutu Gugus Kendali Mutu (GKM) dan pengendalian mutu yang dilakukan di tingkat manajemen dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah mutu seperti PSBH (Problem Solving for Better Health) misalnya.

Untuk memacu dan memotivasi anggota gugus dan Tim/Panitia, Ditjen Bina Yankedik bekerjasama dengan Pusdiklat SDM Kesehatan telah melaksanakan Konvensi Mutu Rumah Sakit sebanyak 6 kali, diawali pada tahun 1995 dan terakhir pada tahun 2006. Kini Konvensi Nasional Mutu Rumah Sakit VI digelar dengan tema :”Patient Safety Fokus Utama Mutu Pelayanan Rumah Sakit ”. Konvensi Nasional Mutu Rumah Sakit Ke Vi ini digelar di Hotel Permata Bidakara Bandung, pada tanggal 14 – 15 November 2006 lalu.

Peserta Konvensi Mutu Rumah Sakit terdiri dari 12 gugus (GKM) antara lain dari RSUD DR. Syaiful Anwar, RSUD Kerawang, RS Sanglah, RSUD Banyumas, RSUD Dr. Moewardi, RSU Dr. Soetomo (3 gugus), RS MMC, RSU RA.A Soewondo Pati, RS Duren Sawit dan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Sedangkan tim mutu (PSBH) terdiri dari 19 tim yang berasal dari RSUP DR. Sardjito (6 tim mutu), RSUD Banyumas, RSUD Tugurejo (4 tim mutu), RSU Dr. Soetomo (2 tim), RSUD Kerawang (2 tim), Rs Fatmawati (2 tim) dan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.

Nama gugus dan tim mutu unik-unik dan menarik, yel-yel yang ditampilkan setiap pesertapun unik dan lucu, bahkan ada yang menampilkan seni, pakaian dan budaya daerah masing-masing. GKM “permata Hati” dan PSBH “Simpatik” cukup mendapatkan perhatian dari panitia dan peserta yang lain karena kita satu-satunya peserta yang memajang poster abstrak dan Gerakan P3S-nya.

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sebagai rumah sakit milik pemerintah daerah tingkat I, selalu berpartisipasi mengikuti konvensi mutu ini. Pada Konvensi Nasional Mutu Rumah sakit yang diselenggarakan di Bandung november lalu ada dua tim yang dikirim yaitu GKM “permata Hati” (Persalinan Murah, aman, tenteram dan hati-hati) dari PERISTI dan PSBH “Simpatik” dari Farmasi. “Permata Hati” dengan mempertimbangkan “patient Safety” mengusung gerakan P3S-nya (Putar-putar Puting Susu) untuk mempercepat waktu persalinan pada pasien KPD (Ketuban Pecah Dini) dengan inertia uteri. Sementara Tim PSBH “Simpatik” mempersembahkan “Penerapan Asuhan Kefarmasian Rawat Inap Untuk Meningkatkan Keamanan Penggunaan Obat Bagi Pasien Rawat Inap “

Sebagai ketua panitia penyelenggara Dra. Utik Indrawati, M.Kes dan tim penilai terdiri dari: dr.Kamelia, Alih Germas, SKM, MARS, Taufik Pramudya, SS, Aisyah Maulina, SKM. , dr. Tri Yunis Miko, M.Epid, Drs. A.Y.A Setyadjie, Ellya Sulistyani, SKM, Werdiningsih, SKM, MARS, dr.Reksodiusumo dan Dra. Ina Karunia.

Kerja keras GKM “Permata hati” dan PSBH “Simpatik” membuahkan hasil yang menggembirakan, GKM Permata hati mendapatkan penghargaan predikat “Terampil Perak” dan PSBH “Simpatik” mendapatkan Penghargaan “Terampil Perunggu”. Walaupun Simpatik mendapatkan “Perunggu” tetapi kami merasa bangga karena kami termasuk peserta PSBH yang tidak memanggil fasilitator khusus dari Luar Rumah sakit, bahkan Yayasan Indonesia Menuju Sehat (YIMS) menyerahkan piagam penghargaan khusus. Sementara ini penghargaan tertinggi yang pernah dicapai peserta konvensi mutu baru “Terampil perak” belum ada yang mendapatkan penghargaan emas selama 6 kali konvensi ini digelar. (Darmini) 000

PRAKTEK SEORANG MANTRI DESA

PRAKTEK SEORANG MANTRI DESA

Oleh : Beta Sugiarso

Saya adalah seorang perawat di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, pertama masuk dunia keperawatan sejak tahun 1996, atas dukungan dari keluarga saya di beri kesempatan untuk sekolah di Sekolah Perawat Kesehatan dan dinyatakan lulus tahun 1999, setelah itu karena tuntutan jenjang pendidikan minimal D III, maka saya meneruskan ke jenjang pendidikan D III Keperawatan dan dinyatakan lulus pada tahun 2002, semenjak itu keperawatan menjadi bagian hidup saya.

Lulus D III Keperawatan dengan gelar AMK itu yang sering kita sebut sebagai seorang perawat professional, tapi pada kenyataannya tidak seperti yang dibayangkan, begitu susahnya mencari pekerjaan, dari daerah Solo sampai Jakarta saya mencoba melamar ke beberapa tempat untuk menjadi seorang perawat di rumah sakit atau klinik, tapi yang ada jawaban “ Sementara belum ada formasi, Nanti kalo ada akan dihubungi ” hampir semua tempat menjawab kalimat itu, berbulan bulan saya menunggu tapi belum ada panggilan, usaha dan doa telah saya panjatkan, tapi ALLAH berkehendak agar saya bersabar.

Hari demi hari saya lalui untuk menyalurkan hobi saya dengan belajar ilmu lain yaitu akupunktur / Tusuk Jarum, hal ini saya lakukan untuk mengisi kekosongan waktu, sampai 7 bulan akhirnya saya menyelesaikan belajar akupunktur. Pada saat itu saya melamar kerja lagi sebagai perawat diklinik Purwokerto dan alhamdulillah saya diterima, diklinik tersebut selain menjadi perawat di ruang operasi minor, juga menjadi seorang akupunturis, pagi saya menjadi perawat klinik dan sorenya saya menerima pasien akupunktur di klinik juga, dua profesi yang berbeda tetapi mempunyai satu tujuan. Satu tahun telah berlalu saya mengerjakan rutinitas itu dan akhirnya pada bulan februari 2004 saya mendapat kesempatan untuk tes seleksi menjadi tenaga honorer di Rumah Sakit Prof.Dr.Margono Soekarjo Purwokerto, dan alhamdulillah saya diterima kerja, rasa syukur yang tak terkira akhirnya saya bisa bekerja di sebuah rumah sakit seperti apa yang saya harapkan.

Pak mantri, itulah sebutan yang sering saya terima dari orang orang di daerah tempat tinggal saya. Orang desa beranggapan perawat / mantri adalah seorang pengobat, maka mereka berbondong bondong untuk minta obat / disuntik apabila ada keluhan yang mereka rasakan, rasa bingung dan khawatir sempat terlintas, karena ada orang yang membutuhkan bantuan tetapi disisi lain adalah pelanggaran atau Mal Praktek, lalu apa yang harus saya lakukan sebagai seorang perawat / mantri didesa ? sejauh manakah tindakan yang dapat kita laksanakan dalam memberikan keperawatan mandiri ? hal itu pasti terpikirkan oleh semua perawat terutama mereka yang tinggal di daerah pedesaan.

Banyak orang memandang sebelah mata pada profesi perawat, padahal dibalik itu banyak tugas suci dan mulia yang diembannya, andaikan mereka tahu mungkin mereka akan lebih menghargainya. Kalau kita mengingat tempo dulu, perawat adalah pekerjaan yang sangat dibutuhkan oleh banyak orang, terutama orang pedesaan yang notabene mereka adalah orang yang tak mampu. Siang dan malam tugas selalu menantinya, bahkan selalu siap untuk dibangunkan ketika ada seseorang yang butuh bantuannya, apakah seorang perawat itu memikirkan berapakah mereka mau bayar ? saya kira tidak ada yang demikian, seorang perawat benar benar memberikan bantuannya dengan tulus ikhlas. Yang terpikir hanya sembuhkah mereka ? apabila tidak sembuh apa yang harus saya kerjakan ?

Disisi lain perawat selalu mendapat tekanan untuk tidak memberikan obat yang mereka butuhkan karena tidak adanya ijin praktek pengobatan bagi perawat, apakah saya sebagai seorang perawat harus berdiam diri pada saat ada seseorang yang sangat membutuhkannya ? apakah saya harus menganjurkan mereka berobat ketempat yang ditentukan padahal mereka tak ada biaya.

Atas latar belakang itulah saya sebagai seorang perawat berupaya penuh untuk selalu bisa membantu mereka yang membutuhkan dengan tidak melanggar peraturan yang berlaku, walaupun saya tetap mencoba memberikan arahan pada mereka agar berobat ke tempat yang semestinya, tentunya kepada orang yang dianggap mampu, tetapi ada sebagian orang yang tetap tidak mau karena kondisi sosial mereka yang tidak memungkinkan, harus kah saya biarkan ? saya kira itu bukan jalan terbaik.

Saya kembali berfikir, apa yang harus saya lakukan ? apakah saya bisa menerapkan disiplin ilmu lain yang telah saya pelajari ? akhirnya saya mencoba memperkenalkan kepada mereka tentang akupunktur, mulai dari diadakannya pelatihan sampai pengobatan akupunktur gratis, yang tujuannya untuk memotivasi mereka agar tidak ketergantungan terhadap pengobatan konvensional dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan warisan nenek moyang yang telah dilupakan oleh kebanyakan orang. Sedikit demi sedikit kepercayaan masyarakat mulai meningkat terhadap pengobatan ini, banyak orang yang mulai mencoba membantu kesehatan mereka dengan ilmu yang tergolong sederhana, mudah dipelajari, aman, efektif, dan dapat dipertanggung jawabkan. Mereka akan berusaha mengobati dirinya sendiri dan keluarga apabila ada keluhan yang dirasakan, tentunya dengan metode alamiah akupresur – akupunktur yang telah disampaikan pada saat ada pelatihan, dan apabila keluhan yang di rasakan belum teratasi, maka mereka baru membawanya untuk di akupunktur di tempat praktek saya, akhirnya mereka banyak memilih untuk pengobatan dan perawatan dengan metode ini yang biasanya di lengkapi juga dengan obat asli Indonesia / Herbal. Ternyata kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan perawatan kesehatan alami belum punah, hanya kebanyakan mereka trauma terhadap pengalaman penggunaan pengobatan tradisional yang menyesatkan dan tidak bertanggungjawab. Dengan sudah kembalinya kepercayaan tersebut maka saya berusaha untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan yang saya berikan dan legalitas praktek yang saya jalankan, diantaranya sudah diterbitkannya Surat Ijin Praktek Akupunkturis dari Dinas Kesehatan Banyumas sesuai ketentuan KepMenKes RI Nomor 1076/MENKES/SK/2003 Tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional.

Sebagai seorang perawat di rumah sakit yang juga sebagai akupunkturis saya mencoba menggunakan kedua disiplin ilmu tersebut yang merupakan dua profesi berbeda tetapi mempunyai tujuan yang sama. Menurut apa yang saya pelajari dalam akupunktur ternyata ilmu ini mencoba memberikan Pengobatan dan Perawatan “ secara menyeluruh atau dapat dikatakan holistik kepada pasien yang ditanganinya, karena ilmu ini tidak hanya sekedar menghilangkan keluhan pasien tetapi mencari dan mengobati akar atau faktor penyebab dari setiap keluhan yang dirasakan, jadi akupunktur bukan sekedar ilmu yang meragukan atau dianggap ketinggalan jaman, tetapi merupakan ilmu yang mempunyai konsep teori yang kuat yang berasal dari Ilmu Kedokteran Cina, bahkan saat sekarang banyak para ahli yang meneliti ilmu tersebut dan ternyata mempunyai kemampuan yang tidak dimiliki pengobatan konvensional.

Pelayanan kesehatan yang saya berikan adalah perawatan dan pengobatan dengan metode alamiah mulai dari akupunktur, akupresur, dan obat asli Indonesia / Herbal, dan karena Ridho Sang Pencipta ternyata mampu membantu orang yang membutuhkannya. Sampai sekarang sudah banyak orang yang belajar ilmu ini, bahkan orang - orang kesehatan banyak yang telah mempelajari dan mempraktekkannya sebagai pelengkap dalam pelayanan yang mereka berikan, karena ilmu ini sama sekali tidak bertentangan dengan ilmu kesehatan konvensional bahkan merupakan pelayanan komplemen yang aman, efektif, dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan Rekomendasi dari Dinas Kesehatan dan Ijin Operasional Pendidikan Pelatihan dari Dinas Pendidikan Banyumas, sampai sekarang ada sekitar 100 orang akupunkturis, akupresuris yang telah selesai belajar dilembaga yang saya selenggarakan, dan sekitar 90 % (persen) mereka adalah orang kesehatan, yang profesi mereka mulai dari dokter sampai perawat kesehatan.

Saya turut bangga terhadap teman di bidang kesehatan terutama teman satu profesi perawat ternyata mereka mempunyai antusias yang tinggi dan keinginan untuk selalu berinovasi dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama dalam keperawatan secara holistik, namun walaupun demikian masih ada teman se-profesi yang belum menerima dengan lapang dada akan adanya metode ini. Saya berharap dengan hadirnya suatu gagasan dan perkembangan pelayanan kesehatan dalam hal ini akupunktur terhadap masyarakat, semoga dapat dijadikan tambahan pengetahuan, keilmuan, ketrampilan, dan bukan merupakan pertentangan yang harus dihindari bagi profesi kita sebagai perawat, sehingga akan muncul inovasi inovasi lain yang lebih baik dalam dunia kesehatan dan dunia keperawatan khususnya. Semoga dunia keperawatan akan semakin maju pesat baik dalam pengetahuan, keilmuan, ketrampilan, maupun wawasannya, dan akhirnya kita sebagai perawat benar benar dianggap sebagai profesi yang mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya sendiri tanpa melanggar peraturan yang berlaku dan keberadaannya diakui masyarakat baik dari kalangan bawah, menengah, atau kalangan atas. Hal ini tentunya akan dapat terwujud dengan adanya dukungan dari semua pihak terutama individu perawat itu sendiri, dan organisasi profesi perawat pada umumnya.

Demikian sekilas suka dan duka sebagai seorang perawat kesehatan, semoga dapat memberikan manfaat bagi semua yang membacanya. Saya mengucapkan Selamat HUT PPNI yang ke - 34, Semoga PPNI akan selalu “ JAYA “ dan memperhatikan peningkatan pengetahuan, keilmuan, ketrampilan, wawasan, dan kesejahteraan anggotanya serta mampu berinovasi dalam memberikan pelayanan kesehatan - keperawatan kepada masyarakat luas dengan legalitas yang memang diakui secara hukum yang berlaku, sehingga dapat terciptanya “ Pelayanan Asuhan Keperawatan Mandiri “